Tinggal di Swiss,
berarti aku harus siap untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan,
termasuk perbedaan keyakinan yang aku temui di tengah-tengah keluarga
Jey. To be honest, pacarku, Jey lahir di tengah-tengah penganut
katolik. Tentu saja nantinya di Desember, aku juga akan merasakan
suasana natal di keluarganya.
Namun aku bersyukur
Jey menenangkanku dan berkata bahwa keluarganya memiliki toleransi
yang cukup tinggi. Salah satunya ketika kakak tertua Jey, Rebecca
Frick datang ke rumah 31 Agustus 2017. Dia mengetahui bahwa aku islam
dan tidak mengkonsumsi makanan yang dilarang menurut ajaran agamaku.
Karena itu saat ia datang, ia membawakanku snack dan makanan yang
halal. Saat aku mengatakan bahwa aku dan Jerome akan melaksanakan
ibadah salat idul adha pun dia juga happy mendengarkannya.
Hal itu berlanjut
dengan kedatangan kakak keduanya, Desiree Frick pada 4 September 2017
bersama suami dan kedua anaknya. Saat awalnya aku, Jerome dan Paps
yang diundang ke rumahnya untuk sekedar makan malam dan saling
mengenal dengan seluruh keluarganya. Namun karena mobil paps yang
mogok, jadwal mendadak diubah dan kami yang menjadi tuan rumah. Saat
Desi datang, aku dibawakan bunga indah banget, sayangnya aku lupa apa
nama bunganya. Ia juga membawakanku cokelat swiss yang yummy.
Oleh Desi, aku
dikenalkan dengan tradisi keluarga makan bersama dengan menu
Raclette. Untuk menghidangkan Raclette, bahan-bahan yang diperlukan
antara lain kentang rebus, keju, nanas kalengan, paprika, jamur
champignon, dan daging asap. Nah, daging ini yang awalnya bikin aku
ketar-ketir, karena biasanya mereka lebih sering menggunakan daging
babi. Sedangkan aku tak mengkonsumsinya, begitu juga Jerome. Namun
ternyata Desi sudah mengetahui bahwa aku tak mengkonsumsi babi, dan
ia membawakanku daging ayam asap. Dia juga benar-benar memisahkan
tempat yang digunakan untuk meletakkan daging babi dan daging ayam,
begitu juga pan kecilnya.
Cara memasaknya pun
unik. Keju dipotong2, dimasukkan ke dalam pan kecil dan dipanggang di
atas panggangan listrik. Keju pun meleleh, tinggal kita menuangkannya
di atas kentang dan memakannya. Yummy sekali. Kalau ingin tambahan
“lauk”, tinggal masukkan potongan keju tersebut ditambah daging,
jamur, atau paprika dan memanggangnya hingga kejunya meleleh. Karena
belum terbiasa mengkonsumsi keju dalam jumlah banyak, baru tiga kali
pan keju saja aku sudah merasa kekenyangan. Bayangkan aja, secara
selama ini orang Indonesia konsumsi pecel aja udah enak banget dengan
ragam bumbu yang aneka ragam, ini cuma keju dipanggang sama paprika,
jamur atau daging tanpa bumbu sama sekali, yang bikin kenyang ya
kejunya itu.
Menurutku, mereka
sama sekali tidak mempermasalahkan perbedaan keyakinanku. Mereka
justru begitu respek, dan menanyakan, apa-apa saja yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh orang muslim. Aku bilang aja jujur, tidak
boleh berhubungan seks di luar nikah, kalau terkena liur anjing harus
dibasuh tujuh kali salah satunya dengan menggunakan tanah, dan
lain-lain. I know, I am not yet a good muslim. But atleast i am
learning day by day to be better person.
Pengalamanku
mengenai halal-haram terakhir diuji kemarin, Kamis, 7 September 2017.
Selama aku di sini, paps selalu membeli daging kalau enggak sapi ya
daging ayam. Yang aku takutkan, kalau paps sebenarnya ingin
mengkonsumsi daging babi tapi tidak enak denganku. Tapi ternyata
tidak. Saat itu, aku yang biasanya ikut paps jalan-jalan ke Jerman,
pilih tunggu di rumah untuk bersih-bersih dan blogging. Nunggu paps
lama, aku juga membunuh rasa penat dengan nonton film Harry Potter
and The Prisoner of Azkaban. Saking asyiknya mungkin ya, aku sampai
ketiduran, dan baru bangun sekitar pukul 16.00 WIB.
Aku bener-bener
shock, karena aku yang biasanya masak untuk kami bertiga. Saat
berlari ke dapur, ternyata paps udah enjoy masak beberapa menu yang
tentu aja bener-bener asing buat aku. Pertama, salad olive, kedua
pasta jamur champignon untuk fettucini. Paps juga masih memiliki dua
bungkus seperti potongan daging ayam, dan satunya.... berwarna putih,
masih terbungkus dalam wadah transparan, yang ternyata adalah daging
babi. Aku sempat deg-degan juga ya, ini gimana kalau sampai pan nya
tercampur dan sebagainya.
Alhamdulillah dong,
i really would say thanks to God. Because I believe when we ask, then
He will make easier. Tiba-tiba papa bilang pakai bahasa jerman, yang
kira-kira intinya gini,” Daging ayam ini buat kamu dan Jerome,
dimasak di pan besar ini. Dan ini, daging babi, buat saya, masaknya
di sini. Separated,” kata Paps.
Aku benar-benar
bersyukur banget memiliki calon mertua yang benar-benar baik dan
pengertian seperti Paps. I sometimes think, what i have done in life
so I can get this many happiness things. Ketemu cowo ganteng, hatinya
baik, papanya baik, keluarganya juga baik, semoga ini tidak
menjadikanku sebagai pribadi yang senantiasa bersyukur menghargai
berkah dan terhindar dari sifat sombong.
Paps juga senang
mengkonsumsi wine. Ketika aku menemaninya ke Jerman, ia pasti selalu
membeli sampai lima botol wine untuk diminum saat kami bersama
menyantap hidangan di meja makan. Meski ia mengetahui Jerome tak
mengkonsumsi wine apalagi aku, saat kami menyiapkan meja untuk makan
malam, paps selalu membawakan kami berdua equil water non alcohol
dari gudang. “It is for you and Jerome,” tuturnya.
Itu ceritaku tentang
halal dan haram di keluarga Frick ya. Intinya, aku bersyukur banget,
di dalam keluarga ini tidak ada sama sekali tekanan dan justru mereka
benar-benar menghargai keberadaanku di sini, dan mereka juga
memperlakukan aku seperti istilahnya memanusiakan manusia. Kalau saja
non muslim menghargai muslim dan memperlakukannya dengan baik, kenapa
kita yang muslim kadang mudah banget kesulut isu enggak jelas dan
mengatakan agama lain itu enggak baik dan lalalala? Weeeitss aku
enggak mau debat di sini. Karena menurut aku, lebih baik memandang
orang dari pribadi mereka saja, bukan dari agamanya. Terlepas mau
orang lain pilih agama apa, itu urusan mereka. Bukankah kalau kita
sebagai umat muslim tapi punya hati yang kotor juga akan dihisap
amalnya untuk diketahui berhak tidaknya mereka masuk surga, atau
justru dijebloskan ke neraka? So, for me, better silent, and keep
improving ourself with good things only.
To be Continued
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.