Friday, September 8, 2017

Toleransi Agama yang Aku Rasakan di Swiss




Tinggal di Swiss, berarti aku harus siap untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, termasuk perbedaan keyakinan yang aku temui di tengah-tengah keluarga Jey. To be honest, pacarku, Jey lahir di tengah-tengah penganut katolik. Tentu saja nantinya di Desember, aku juga akan merasakan suasana natal di keluarganya.

Namun aku bersyukur Jey menenangkanku dan berkata bahwa keluarganya memiliki toleransi yang cukup tinggi. Salah satunya ketika kakak tertua Jey, Rebecca Frick datang ke rumah 31 Agustus 2017. Dia mengetahui bahwa aku islam dan tidak mengkonsumsi makanan yang dilarang menurut ajaran agamaku. Karena itu saat ia datang, ia membawakanku snack dan makanan yang halal. Saat aku mengatakan bahwa aku dan Jerome akan melaksanakan ibadah salat idul adha pun dia juga happy mendengarkannya.

Hal itu berlanjut dengan kedatangan kakak keduanya, Desiree Frick pada 4 September 2017 bersama suami dan kedua anaknya. Saat awalnya aku, Jerome dan Paps yang diundang ke rumahnya untuk sekedar makan malam dan saling mengenal dengan seluruh keluarganya. Namun karena mobil paps yang mogok, jadwal mendadak diubah dan kami yang menjadi tuan rumah. Saat Desi datang, aku dibawakan bunga indah banget, sayangnya aku lupa apa nama bunganya. Ia juga membawakanku cokelat swiss yang yummy.

Oleh Desi, aku dikenalkan dengan tradisi keluarga makan bersama dengan menu Raclette. Untuk menghidangkan Raclette, bahan-bahan yang diperlukan antara lain kentang rebus, keju, nanas kalengan, paprika, jamur champignon, dan daging asap. Nah, daging ini yang awalnya bikin aku ketar-ketir, karena biasanya mereka lebih sering menggunakan daging babi. Sedangkan aku tak mengkonsumsinya, begitu juga Jerome. Namun ternyata Desi sudah mengetahui bahwa aku tak mengkonsumsi babi, dan ia membawakanku daging ayam asap. Dia juga benar-benar memisahkan tempat yang digunakan untuk meletakkan daging babi dan daging ayam, begitu juga pan kecilnya.

Cara memasaknya pun unik. Keju dipotong2, dimasukkan ke dalam pan kecil dan dipanggang di atas panggangan listrik. Keju pun meleleh, tinggal kita menuangkannya di atas kentang dan memakannya. Yummy sekali. Kalau ingin tambahan “lauk”, tinggal masukkan potongan keju tersebut ditambah daging, jamur, atau paprika dan memanggangnya hingga kejunya meleleh. Karena belum terbiasa mengkonsumsi keju dalam jumlah banyak, baru tiga kali pan keju saja aku sudah merasa kekenyangan. Bayangkan aja, secara selama ini orang Indonesia konsumsi pecel aja udah enak banget dengan ragam bumbu yang aneka ragam, ini cuma keju dipanggang sama paprika, jamur atau daging tanpa bumbu sama sekali, yang bikin kenyang ya kejunya itu.

Menurutku, mereka sama sekali tidak mempermasalahkan perbedaan keyakinanku. Mereka justru begitu respek, dan menanyakan, apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang muslim. Aku bilang aja jujur, tidak boleh berhubungan seks di luar nikah, kalau terkena liur anjing harus dibasuh tujuh kali salah satunya dengan menggunakan tanah, dan lain-lain. I know, I am not yet a good muslim. But atleast i am learning day by day to be better person.

Pengalamanku mengenai halal-haram terakhir diuji kemarin, Kamis, 7 September 2017. Selama aku di sini, paps selalu membeli daging kalau enggak sapi ya daging ayam. Yang aku takutkan, kalau paps sebenarnya ingin mengkonsumsi daging babi tapi tidak enak denganku. Tapi ternyata tidak. Saat itu, aku yang biasanya ikut paps jalan-jalan ke Jerman, pilih tunggu di rumah untuk bersih-bersih dan blogging. Nunggu paps lama, aku juga membunuh rasa penat dengan nonton film Harry Potter and The Prisoner of Azkaban. Saking asyiknya mungkin ya, aku sampai ketiduran, dan baru bangun sekitar pukul 16.00 WIB.

Aku bener-bener shock, karena aku yang biasanya masak untuk kami bertiga. Saat berlari ke dapur, ternyata paps udah enjoy masak beberapa menu yang tentu aja bener-bener asing buat aku. Pertama, salad olive, kedua pasta jamur champignon untuk fettucini. Paps juga masih memiliki dua bungkus seperti potongan daging ayam, dan satunya.... berwarna putih, masih terbungkus dalam wadah transparan, yang ternyata adalah daging babi. Aku sempat deg-degan juga ya, ini gimana kalau sampai pan nya tercampur dan sebagainya.

Alhamdulillah dong, i really would say thanks to God. Because I believe when we ask, then He will make easier. Tiba-tiba papa bilang pakai bahasa jerman, yang kira-kira intinya gini,” Daging ayam ini buat kamu dan Jerome, dimasak di pan besar ini. Dan ini, daging babi, buat saya, masaknya di sini. Separated,” kata Paps.

Aku benar-benar bersyukur banget memiliki calon mertua yang benar-benar baik dan pengertian seperti Paps. I sometimes think, what i have done in life so I can get this many happiness things. Ketemu cowo ganteng, hatinya baik, papanya baik, keluarganya juga baik, semoga ini tidak menjadikanku sebagai pribadi yang senantiasa bersyukur menghargai berkah dan terhindar dari sifat sombong.

Paps juga senang mengkonsumsi wine. Ketika aku menemaninya ke Jerman, ia pasti selalu membeli sampai lima botol wine untuk diminum saat kami bersama menyantap hidangan di meja makan. Meski ia mengetahui Jerome tak mengkonsumsi wine apalagi aku, saat kami menyiapkan meja untuk makan malam, paps selalu membawakan kami berdua equil water non alcohol dari gudang. “It is for you and Jerome,” tuturnya.

Itu ceritaku tentang halal dan haram di keluarga Frick ya. Intinya, aku bersyukur banget, di dalam keluarga ini tidak ada sama sekali tekanan dan justru mereka benar-benar menghargai keberadaanku di sini, dan mereka juga memperlakukan aku seperti istilahnya memanusiakan manusia. Kalau saja non muslim menghargai muslim dan memperlakukannya dengan baik, kenapa kita yang muslim kadang mudah banget kesulut isu enggak jelas dan mengatakan agama lain itu enggak baik dan lalalala? Weeeitss aku enggak mau debat di sini. Karena menurut aku, lebih baik memandang orang dari pribadi mereka saja, bukan dari agamanya. Terlepas mau orang lain pilih agama apa, itu urusan mereka. Bukankah kalau kita sebagai umat muslim tapi punya hati yang kotor juga akan dihisap amalnya untuk diketahui berhak tidaknya mereka masuk surga, atau justru dijebloskan ke neraka? So, for me, better silent, and keep improving ourself with good things only.

To be Continued


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Seputar Kawin Campur - Mohon Untuk Tidak Mengirim Email

  Pesan ini benar-benar ingin sekali saya sampaikan kepada para pembaca blog, terutama untuk yang sedang dalam proses mengurus dokumen perni...