Monday, August 13, 2018

Cara Memasak “Sugo”, Alternatif untuk Mengawetkan Tomat


Tomat dari Kebun Bio saya sendiri mulai memerah /Destrianita

Ada banyak resep masakan yang berasal dari bahan baku buah tomat. Di Indonesia, kita mengenal masakan Garang Asem, Sambal Tomat, Ikan Bumbu Balado, dan masih banyak lagi, yang menggunakan tomat dalam racikan bahannya.

Namun tahukah anda, tak hanya di Indonesia, di Eropa juga banyak orang yang memanfaatkan buah yang kaya akan vitamin C ini, dan bahkan mengolahnya untuk disimpan sebagai stok makanan di musim dingin?

Kali ini saya ingin membahas cara membuat awetan bahan makanan dari tomat yang biasa dibuat oleh masyarakat eropa bernama “Sugo”. Sugo merupakan saus tomat yang berasal dari negara Italia, yang diolah dengan campuran daun-daunan herbal yang berfungsi sebagai pemberi aroma sekaligus pengawet alami. Jika sudah diolah, Sugo dapat disimpan di Keller (ruang bawah tanah) dan dipakai sewaktu-waktu untuk campuran masakan seperti Spaghetti Bolognese, Lasagna, Ditumis dengan sayuran seperti Zuchini, paprika, dan lain-lain.

Adapun untuk olahan masakan Indonesia, anda bisa bereksperimen dengan membuatnya sebagai bumbu campuran Balado Ikan Kembung, Balado Telur, Fuyunghai, Capcay Basah, Bakmi Godog Jawa, dan masih banyak lagi. Rasanya? Tak perlu diragukan lagi, manis, sedikit pedas, sedikit asam, tak jauh dari selera dan lidah orang Indonesia. Dan yang jelas, Sugo buatan sendiri tentunya lebih aman tanpa pengawet, sehingga baik untuk kesehatan.

Nah, musim panas kali ini alhamdulillah saya panen banyak sekali Tomat dari kebun bio saya di Swiss. Kalau Tomat Cherry mungkin tak begitu masalah untuk dikonsumsi tiap hari karena jenis tomat ini juga bisa saya cemilin tiap main ke kebun, atau dibuat sebagai campuran salad. Rasanya pun juga manis dan renyah di mulut.


Hasil Panen Tomat dari kebun/Destrianita

Tapi untuk tomat yang ukurannya besar dan rasanya sedikit masam, jujur bagi saya akan membosankan untuk diolah tiap hari. Karena itu saya dan suami saya berinisiatif untuk mengolahnya menjadi Sugo, dengan bantuan resep dari kakak ipar saya, Rebecca. Cara membuatnya pun cukup mudah, dengan bahan yang mudah sekali diperoleh bagi teman-teman di Indonesia. Apakah teman-teman tertarik untuk membuat Sugo? Berikut saya share resepnya, semoga bisa ditiru dengan mudah.

Bahan-Bahan yang dibutuhkan :

1. Tomat merah berukuran besar 2 kilogram
2. Cabai merah berukuran besar 5 buah (untuk aroma, bisa ditambah kalau suka pedas)
3. Satu buah Zucchini (bisa skip)
4. Daun Basilikum satu genggam, jika tak ada bisa diganti kemangi
5. Daun Rosemary satu genggam (bisa skip)
6. Daun Estragon (bisa skip)
7. Minyak Olive/Zaitun secukupnya
8. Merica 1 sendok makan
9. Empat siung bawang putih, tumbuk halus
10. Dua sendok teh gula pasir
11. Dua sendok teh garam
12. Panci besar (kochtopf) untuk memasak
13. Botol bekas selai yang sudah distrerilisasi 13 buah

Cara Membuat:

1. Cuci buah Tomat, Cabai, Zucchini, daun Basil, Rosemary dan Estragon, tiriskan sampai tak ada air tersisa.

Daun Estragon, Rosemary dan Basilikum/Destrianita


2. Potong-potong kecil Tomat, dan Cabai. Tak perlu diblender, karena nanti akan halus dengan sendirinya saat dimasak.

Potong kecil Tomat, dan Cabai/Destrianita


3. Potong dadu Zucchini.

4. Dalam panci besar, panaskan sedikit minyak olive. Kemudian tumis bawang yang telah dihaluskan.

5. Saat aroma bawang mulai tercium, masukkan potongan Zucchini, tumis kurang lebih 10 menit hingga Zucchini agak layu.

6. Selanjutnya, masukkan potongan Tomat dan Cabai ke dalam panci, aduk sampai semuanya tercampur rata. Tidak perlu ditambah air, karena Tomat sudah mengandung banyak air.

Mengaduk Tomat, Zucchini dan Cabai dalam panci/Destrianita

 
7. Masak Sugo dengan api kecil, dan sesekali diaduk (serta ditekan) agar Tomat dan Cabai hancur menjadi pasta.

8. Mengolah Sugo membutuhkan waktu kurang lebih 1,5-2 jam, tergantung banyak sedikitnya kandungan air dalam buah Tomat. Jika kandungan air terlalu banyak, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengolahnya, karena tekstur Sugo yang baik itu pastanya cenderung “benyek”, berwarna merah dan padat.

9. Jika air sudah mulai menyusut, tambahkan gula, garam merica dan daun Basilikum, Rosemary serta Estragon, aduk lagi.

Memasukkan dedaunan herbal dalam saus Sugo/Destrianita


10. Tes rasa. Sugo yang sudah matang teksturnya seperti pasta, rasanya tidak lagi “langu” tomat, tapi gurih seperti memakan saus tomat, sedikit manis pedas. Jika sudah dirasa matang, tiriskan.



Cara Penyimpanan Sugo:

1. Siapkan wadah gelas tertutup (bisa bekas selai) yang sudah disterilisasi. Cara sterilisasi mudah. Usahakan air yang mendidih masuk juga ke dalam wadah botol tersebut untuk membunuh bibit kuman penyakit. Setelah itu keringkan wadah dengan lap bersih.

Proses sterilisasi wadah gelas/Destrianita


2. Dalam keadaan panas, masukkan Saus Sugo dengan porong ke dalam wadah gelas. Jangan sampai penuh. Memasukkan Saus Sugo dalam keadaan panas dimaksudkan sebagai “Deep Sterilization” agar kuman untuk mencegah n membunuh kuman.

Memasukkan Sugo ke dalam wadah gelas yang telah disterilisasi/Destrianita



3. Tuang minyak zaitun tepat di atas Sugo tersebut, hingga tidak ada lapisan Sugo yang menyembul, karena permukaan sudah tertutup dengan minyak Zaitun. Fungsi minyak zaitun adalah untuk mengunci cairan sugo agar tidak menyembul dan menghindari timbulnya jamur.

Melapisi permukaan atas Sugo dengan minyak Zaitun (Olive Oil) /Destrianita



4. Tutup rapat saus Sugo, beri label kapan Saus itu dibuat. Simpan di tempat kering dan sejuk. Di Swiss, masing-masing rumah memiliki “Keller” atau ruang bawah tanah, yang selain digunakan untuk meletakkan sistem pemanas ruangan, bisa juga dipakai untuk menyimpan stok bahan makanan selama musim dingin.

Sugo siap untuk disimpan/Destrianita


Sugo diberi label untuk mengingat tanggal pembuatan/Destrianita


Jika anda ingin mengolah Sugo, mudah sekali. Seperti misalnya saat anda ingin memasak Spaghetti Bolognese. Tinggal ambil satu wadah SUgo, lalu panaskan ke dalam wajan, lalu masukkan potongan daging sapi cincang, atau ikan tuna cincang, masak hingga saos Spaghetti matang, lalu siramkan ke dalam Pasta Spaghetti.

Atau jika anda ingin bervariasi dengan menu masakan Indonesia Seperti misalnya Ikan Kembung Balado. Goreng terlebih dahulu ikan tersebut. Lalu panaskan Sugo di dalam wajan. Terakhir, campurkan ikan ke dalam pasta Sugo, tuang dalam piring saji. Rasanya enak sekali. Selamat mencoba!


Tuesday, July 31, 2018

Berkebun di Swiss: Menanam Tomat dengan Teknik Stek Batang

Pohon Tomat Cherry/Destrianita. Dok.Pribadi

Musim tanam (semi dan panas) telah tiba di Swiss sejak Maret lalu. Musim ini jadi momentum paling menyenangkan khususnya buat warga yang tinggal di Swiss yang hobi berkebun, untuk kembali mengolah pekarangannya. Banyak toko-toko seperti Migros, Coop, Landi, Obi dan Jumbo yang mulai memajang bibit sayuran di etalasenya. Namun ada juga warga yang lebih memilih untuk membeli benihnya untuk ditanam sendiri.

Saya, hampir setahun tinggal di Swiss. Berkebun di lahan pekarangan rumah merupakan pengalaman seru buat saya, karena sebelumnya saya tinggal di kosan di wilayah Jakarta Selatan, yang pekarangan sempit pun susah untuk dijumpai. Tak ketinggalan, saya mulai berburu beragam jenis bibit tanaman sayuran, salah satunya yang ingin saya bahas di sini adalah tomat.

Dalam menanam pohon tomat, awalnya saya memilih dua alternatif, yakni pertama, menanam melalui biji yang saya kumpulkan saat saya memasak tomat di dapur, yang kedua, membeli bibit pohon tomat dari berbagai varietas. Keduanya tidak menjadi masalah, karena dua jenis tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik jika mendapatkan sinar matahari dan air yang cukup. Hanya saja, untuk menanam teknik biji, proses persemaian harus sudah dilakukan sejak akhir musim dingin yakni sekitar Januari-Februari di dalam rumah/winter garden. Adapun untuk bibit pohon tomat, saya membelinya sekitar Maret, sehingga hanya tinggal memindah tanam di pekarangan rumah.


Kenapa Harus Stek Batang?

Pohon tomat saya mulai berbuah sekitar bulan April. Seiring dengan pertumbuhannya yang cepat, pohon jadi lebih mudah ambruk karena tiupan angin dan guyuran air hujan. Karena itu perlu adanya penyangga dari bambu. Untuk mengurangi beban dari pohon tomat, salah satu teknik yang saya pakai adalah menyeteknya, atau memotong cabang tomat yang tumbuh di sela-sela ketiak daun. Cara ini sekaligus saya pakai untuk mengembang biakkan tanaman tomat menjadi semi bonsai, dengan pohon kecil namun sudah menghasilkan buah. Adapun teknik stek batang ini bisa diterapkan ke berbagai jenis varietas tomat. 

Cara Stek Batang Tomat

1. Siapkan botol plastik air kemasan, isi air biasa dari sumur atau pam (bebas).

2. Potong batang yang tumbuh di ketiak (antara daun dan batang) pohon tomat. Pilih batang yang besar, kokoh, dan sudah muncul bakal bunganya (agar cepat berbuah saat pohon masih kecil). Hal ini dilakukan agar saat nanti batang ini berdiri sendiri sebagai pohon baru, dapat tumbuh dengan kuat. Tips dari saya, pilih batang yang bagian bawahnya tampak terlihat bintil-bintil, karena nantinya dari bintil-bintil ini akan keluar akar. 


Batang pohon tomat yang akan distek/Destrianita. Dok.pribadi



3. Dari batang tersebut, potong bagian ujungnya secara memiring. Hal ini dilakukan agar batang pohon tomat dapat menyerap lebih banyak air.

4. Masukkan batang pohon tomat tersebut ke dalam air kemasan, letakkan “pohon tomat air” tersebut di tempat yang teduh. Saya memilih untuk menyimpannya di dalam rumah terlebih dahulu selama tiga hari untuk menghindari panasnya sinar matahari. Bila batang tomat dirasa sudah bisa beradaptasi hidup dengan air, stek tersebut bisa diletakkan di luar, dengan syarat harus teduh.

5. Kontrol tiap hari airnya, isi tiap hari untuk mempercepat pertumbuhan akar. Kurang lebih dua minggu, akar akan tumbuh, dan pohon tomat baru siap untuk dipindah tanam.


Cara Menanam Stek Pohon Tomat

Setelah kurang lebih dua minggu penyetekkan, bagian bawah batang pohon tomat sudah ditumbuhi akar. Hal ini menandakan pohon tersebut dapat dipindah tanam ke media tanam baru, baik di pot, atau di tanah. Saya sendiri berinisiatif untuk mempersiapkan pohon tomat saya sebagai cadangan di musim dingin nanti, karena itu batang pohon tomat yang saya stek, saya tanam di pot. 

  
Hasil penyetekan, akar dari pohon Tomat sudah tumbuh setelah dua minggu direndam dalam air/Destrianita. Dok.Pribadi


Nah, berikut cara penanaman dan bahan-bahan yang dibutuhkan:

1. Siapkan pot, tanah, dan air secukupnya.

2. Tarik batang pohon tomat dari botol perlahan agar akarnya tidak tergores, lalu pindahkan ke pot.

3. Beri tanah hingga akar yang keluar dari batang pohon tomat tersebut tertutup seluruhnya.

4. Siram pohon tomat tersebut dengan air lebih banyak, karena pohon baru tersebut masih beradaptasi di media tanam yang baru.

5. Letakkan tanaman di tempat yang teduh (saya di dalam rumah) selama tiga hari, dan pastikan tanah dari pohon tomat tersebut tetap basah. Jika pohon tomat dirasa sudah kuat, bisa diletakkan di luar agar terkena sinar matahari dan berkembang seperti layaknya pohon biasa.

Berikut saya sisipkan video saat saya memindah tanam stek pohon tomat ke dalam pot:

 
Video Step by step penanaman stek pohon tomat/Destrianita. Dok.Pribadi 



Hasil pindah tanam stek batang pohon tomat Cherry/Destrianita. Dok.Pribadi






Friday, July 20, 2018

Belajar Bahasa Jerman di Migros Klubschule


Logo Migros Klubschule/
http://www.frauenfelderwoche.ch


Adakah dari kalian yang lagi cari-cari info atau tertarik banget pengen belajar bahasa Jerman? Belajar Bahasa Jerman itu gampang apa susah sih? Di mana tempat-tempat yang worth it dan bisa kita temui yang menyediakan pelatihan bahasa Jerman? Nah, di tulisan kali ini saya akan sharing pengalaman saya tentang belajar bahasa yang sama sekali baru buat saya, Bahasa Jerman.

Kenapa saya perlu belajar Bahasa Jerman? Sekedar informasi, saat saya menginjakkan kaki di Swiss, mau enggak mau saya harus mengakrabkan diri dengan salah satu bahasa dari empat bahasa resmi yang digunakan di negara yang terkenal sama Cokelat dan Keju ini. Adapun empat bahasa yang dipakai di sini adalah Bahasa Jerman (bahkan orang sini bahasanya udah dialek Swiss-Jerman), Prancis, Italia, dan Reto-Romanis. Nah kebetulan, saya tinggalnya di Kanton Thurgau, Kota Steckborn, di mana di wilayah ini mereka menggunakan Bahasa Jerman dalam kesehariannya. Ya udah, mau enggak mau, berbekal pengalaman yang 0 besar enggak ngerti bahasa Jerman, saya harus belajar. Biar nantinya saya mendapatkan pekerjaan yang layak di sini, dan bisa dengan mudah berkomunikasi dengan teman-teman, kolega dan keluarga di sini.


Awal Belajar Bahasa Jerman

Sebelum mengenal Migros Klubschule, saya belajar Bahasa Jerman hanya melalui Aplikasi yang saya temukan di Internet (via laptop) dan via Google Playstore (via Android), bernama Duolingo. Di situ, saya benar-benar bisa belajar banget dari nol, apa saja dasar-dasar yang penting untuk diketahui dalam mengenal bahasa Jerman. Saya saranin banget buat teman-teman yang pengen belajar bahasa asing, in case Jerman, buat coba download dan coba aplikasi ini. Di Duolingo saya juga belajar kata-kata dan kosakata baru. Sebagai informasi, bahasa Jerman itu beda banget sama bahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia yang simple. Selain mengenal tenses waktu (past, present, future), aneka ragam benda (noun) dalam Bahasa Jerman juga memiliki “jenis kelamin” yakni Der untuk kategori maskulin, Die untuk kategori Feminin, dan Das untuk Kategori Netral, serta satu lagi Die untuk plural.

Lalu cara mengetahui itu benda termasuk maskulin, feminin, netral dan plural bagaimana? Ya belajar, ya dihafal, enggak ada standar baku untuk mengetahui benda itu berjenis kelamin apa. Misalnya saja Susu, dalam bahasa Jerman untuk nominative adalah Der Milch, lalu Minyak, Bahasa Jerman merupakan kategori netral Das Öl, dan Bunga termasuk kategori feminin Die Blume. Selain masalah “jenis kelamin” itu, masih ada lagi aturan baku tentang Nominative, Akkusative, Dative dan Genetive. Tapi tenang aja, itu semua enggak akan saya bahas di sini, karena teman-teman bisa dapatkan di tempat kursus atau belajar otodidak di internet.

Sekitar bulan November 2017 lalu, saya semakin terpacu untuk belajar bahasa Jerman saat imigrasi Jerman memanggil saya untuk interview. Mereka mengatakan, basis saya yang pernah bekerja sebagai jurnalis serta lulusan perguruan tinggi akan membuka kesempatan saya untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik di sini, asalkan hal itu ditunjang dengan kemampuan berbahasa saya. Mereka awalnya menyarankan saya untuk mencari tempat kursus Bahasa Jerman dengan membawa Ijazah dari Kampus saya, berharap mereka setidaknya (mungkin) mau membiayai kursus saya. Akhirnya, dengan ditemani ayah mertua saya, kami berangkat menuju RAV (Regional Arbeitsvermitlungenzentrum) tempat yang disarankan oleh imigrasi. Mereka mengatakan, biasanya RAV mau membiayai kalau memang saya termotivasi untuk belajar.

Tapi apa daya, saat itu usaha saya sia-sia. RAV menolak untuk membiayai saya, karena saya termasuk golongan “Auslander” alias pendatang, yang datang ke Swiss karena pernikahan, dan bukan berasal dari kawasan Uni Eropa. Hal tersebut membuat saya tidak memiliki alasan kuat untuk mendapatkan pendidikan gratis yang dibiayai oleh RAV. Namun, mereka mengeluarkan persyaratan lain. Saya bisa mendapatkan biaya dari RAV jika saya telah lulus kursus dengan level (Niveau) minimal A2 dengan bukti berupa ijazah (Bescheinigung) yang saya dapatkan dari tempat kursus. Alhasil, mau tidak mau, saya harus kursus dengan biaya sendiri.


Alasan Memilih Migros Klubschule Frauenfeld

Sepulangnya dari RAV, saya berdiskusi dengan suami saya untuk mulai mencari-cari tempat kursus bahasa Jerman yang murah, tapi saya bisa belajar intensif dengan ditunjang buku-buku dan belajar dari internet. Awalnya kami mendengar ada orang yang membuka kursus Bahasa Jerman di Steckborn dengan biaya yang cukup murah sekitar 600 CHF (1 CHF sekitar Rp 14.500) per Niveau. Lalu kami mendatangi tempat kursus tersebut. Di sana saya menjalani proses interview untuk ditentukan di Niveau mana saya bisa belajar, karena suami saya mengatakan sebelumnya melalui surat kepada si pengajar, kalau saya juga telah belajar otodidak di internet.

Usai proses interview berlangsung, saya berharap banget saya bisa berharap bisa diterima di tempat kursus itu, karena saya mengincar biaya yang lumayan murah. Namun sayang, si pengajar justru menganjurkan saya untuk intensif belajar di Klubschule, karena dia melihat saya masih muda dan dapat belajar lebih cepat. “Saya takut kalau dia justru akan melambat jika belajar di sini. Dia masih muda. Kalau belajar intensif, saya yakin, tiga bulan saja dia sudah lancar Bahasa Jerman,” begitu kira-kira yang saya tangkap dari omongan si pengajar tersebut.

Akhirnya, Migros Klubschule jadi pilihan terakhir kami. Awalnya saya tidak tahu berapa budget yang harus kami keluarkan untuk sekolah di Migros Klubschule. Suami saya pun merahasiakannya. Bagi dia, yang terpenting adalah saya tidak merasa bosan di rumah, dan saya bisa cepat berintegrasi dengan lingkungan tempat tinggal di sini, memperoleh pekerjaan, dan teman-teman baru di Swiss. Suami saya pun mendaftarkan saya di Migros Klubschule Frauenfeld, karena tempat kursus ini yang jaraknya paling dekat dari rumah dan bisa ditempuh dengan Bis selama 30 menit.

Lokasi Migros Klubschule di Frauenfeld/ sumber:



Proses Belajar di Migros Klubschule Frauenfeld

Pada tanggal 8 Januari 2017, saya pertama kali memulai pendidikan di Migros Klubschule Frauenfeld. Saat itu saya sudah terlambat seminggu masuk dibandingkan teman-teman yang lain. Saya memasuki kelas Niveau A1.1 untuk uji coba gratis. Jika tidak cocok, saya bisa membatalkan untuk mengikuti kursus di sini. Pertama masuk saya diminta untuk memperkenalkan diri dalam Bahasa Jerman di hadapan teman-teman sekelas. Ini yang bikin saya ketawa, karena awalnya saya takut akan jadi orang yang paling bodoh di kelas.

“Halo Zusammen, Ich heisse Destrianita Kusumastuti. Meine spitzname ist Tita. Ich bin achtundzwanzig (28) jahre alt. Ich komme aus Indonesien. Ich bin seit 4 monaten in der Schweiz. Ich bin verheiratet. Ich lebe in Steckborn. Meine Hobbys sind schreiben, kochen und music horen. Ich spreche Indonesisch, Englisch und jetzt lerne ich Deutsch. Ich war Jurnalistin von beruf,” itu yang saya ucapkan pada saat vorsteilungen atau perkenalan saat itu.

Tak disangka mereka malah melongoh, karena mereka mengira saya sudah cukup lancar berbahasa Jerman. Hahahaa padahal 0 besar. Tapi pada saat proses pembelajaran berlangsung, saya cukup kaget juga karena ada dari kami yang justru menulis pun tidak bisa (merupakan imigran dari Erethrea), membaca pun masih kesusahan, dan sulit sekali memahami penggunaan sein seperti bin, bist, ist, seid, sind, dan sebagainya.

Proses belajar berlangsung selama 3,5 jam dari pukul 08.30 sampai 12.00. Saat pelajaran usai, saya masih ingat saat itu guru saya, Doreen, menghampiri saya dan bertanya apakah saya baik-baik saja di kelas tersebut, karena dia melihat saya paling aktif di kelas, atau mungkin saya pindah ke kelas lainnya. Saya mengatakan, saya cocok di kelas tersebut. Akhirnya ia meminta saya untuk menandatangani persetujuan untuk mengikuti Migros Klubschule, dan saya mendapatkan buku Schritte Plus 1 untuk Niveau A1.1.

Alangkah kagetnya saya ketika sampai di rumah, suami saya sedang membuka internet dan menerima email dari Migros Klubschule untuk permintaan pembayaran atas kursus saya. Angka 1.525,60 CHF untuk Niveau A1.1!! Oh My God, buat saya ini mahal banget banget kalau dibandingin sama kurs Rupiah. Buat saya Rp 22 juta lebih untuk biaya kursus selama 1 bulan 3 minggu. Belum lagi dia bilang katanya paling tidak saya harus kursus sampai A2.2, yang berarti suami saya harus mengeluarkan biaya total hampir Rp 100 juta (ongkos naik bis, ongkos jajan, biaya kursus saya). Dan ya, saya benar-benar menjalani kursus itu sampai sekarang saya benar-benar lulus Niveau A2.2.

Sudah banyak sekali biaya yang suami saya keluarkan untuk biaya saya di sini, yang semakin membuat saya kadang kalau sendiri merasa guilty. Rasanya pengen banget cepet bisa kerja, apapun itu agar bisa membalas budi baiknya.



Lingkungan dan Teman-teman di Migros Klubschule Frauenfeld

Masuk di tempat kursus Bahasa Jerman buat saya seperti memasuki tempat di mana saya menemukan teman senasib yang sama-sama belajar dari nol Bahasa Jerman. Di sana saya bertemu dengan banyak sekali teman-teman dari berbagai lintas negara dan usia. Dari mereka pun ada yang sampai sekarang menjadi teman baik saya. Seperti misalnya Rajmonda Gapi dari Kosovo, Ivonna Pankowska dari Polandia, Rajmonda Ndrekaj dari Albania, Nicholas dari Brazil, Genevieve dari Afrika Selatan, Francesco dari Italia, Mariana dan Bruno dari Portugal, dan masih banyak lagi.

Teman-teman di Migros Klubschule/Destrianita doc.pribadi


Di sepanjang mengikuti kursus dari Niveau A1.1, A1.2, A2.1, dan A2.2, saya mendapatkan guru yang berbeda-beda. Tapi buat saya yang paling membekas metode pengajarannya ada 3 guru, yakni Reto Drager, Hrvoje Zerjavic dan Lidya Conzett, yang mengajar saya di Niveau A1.1 dan Niveau A1.2. Untuk guru di Niveau A2.1 dan A2.2, Beatriz Perez Lopez, jujur saya kurang sreg, karena dia sering marah-marah sendiri di kelas, dan mengharuskan kami setiap harinya mengerjakan PR. Bukannya saya punya masalah dengan PR, namun dengan watak strengnya itu, membuat kami mengerjakan PR hanya karena rasa takut, dan bukan karena kami enjoy dengan apa yang ia ajarkan.

Nah, buat teman-teman yang mungkin tertarik untuk belajar Bahasa Jerman di Migros Klubschule, di Swiss banyak banget cabangnya. Kalau pengen belajar gratis, coba-coba saja mendaftar Au Pair Mädchen di Swiss. Di sini saya banyak mendengar kalau banyak remaja perempuan yang tinggal bersama keluarga di Swiss yang bertugas untuk membantu si orang tua dalam mengasuh anak kecilnya (berperan sebagai baby sitter), tapi sebagai imbalannya, ia disekolahkan gratis di Migros Klubschule.

Akhir kata, saya pengen bilang, memang bahasa Indonesia itu penting, karena itu merupakan bahasa nasional kita. Namun penting juga bila kita bisa menguasai bahasa asing. Karena di tengah kemajuan global mau tak mau kalau tidak ingin kalah bersaing dengan bahasa asing, kalau otak udah pinter, harus dibarengi juga dengan kemampuan bahasa asing. Jangan merasa kalau orang mendalami bahasa asing dibilang ‘sok’. Open your mind, buka wawasan agar kita tidak tertinggal dengan bangsa lain, baik dalam hal budaya, akademis dan teknologi.

*buat yang pengen tahu di mana saja lokasi Migros Klubschule, bisa search di internet yaa. Khusus Migros Klubschule Frauenfeld, kalian bisa datang ke alamat:
Klubschule Migros Frauenfeld
Bahnhofplatz 70-72
8500 Frauenfeld

Kalau mau sharing atau tanya-tanya tentang tata cara kursus bahasa asing khususnya Bahasa Jerman di Swiss, bisa langsung komen, atau kirim email ke destrianita.kusumastuti@gmail.com

Info lebih lanjut tentang Migros Klubschule Frauenfeld bisa buka langsung laman ini ya:



Thursday, May 3, 2018

Cara Memblokir Akun Instagram yang Terlebih Dahulu Memblokir Kita




Mungkin masalah ini sering dialami oleh sebagian pengguna media sosial yang mengalami trouble dengan orang lain. Saking malesnya buat kontak lagi di jejaring, salah satu jalan yang dipilih adalah mengeblock akun mereka, seperti misalnya Instagram. Dengan begitu, kita enggak perlu lagi mendengar hal, kehidupan dan sharing dari orang yang kita anggap sebagai “Upil Kehidupan” di Home Instagram kita.

Lantas, bisa enggak sih kita memblokir akun orang yang terlebih dahulu sudah memblokir kita di Instagram? Saya menjawab: BISA.

To be honest, saya juga sebelumnya mencari tahu lewat internet, “How to block someone in Instagram who already blocked us”. Tapi jawaban dari beberapa users mengatakan tidak bisa. Kalaupun ada yang mengatakan bisa, caranya ribet.

Kita terlebih dahulu diminta untuk mencari mutual friends, cari instagram orang yang diblock, klik namanya, lalu tekan tombol block. Tapi saya sudah mencoba, dan boro-boro nemu orangnya, udah nemu aja pas dibuka akunnya, enggak ada gambar yang muncul.

So, hari ini saya coba utak atik lagi, bereksperimen menggunakan Laptop bagaimana caranya mengeblock akun tersebut, dan cara ini berhasil! Saya enggak tahu ya, apakah cara ini bisa juga menggunakan Handphone, karena saya baru bereksperimen menggunakan Laptop.

SO, kalau mau ikutan coba, begini caranya:

1. Sebelumnya saya memiliki dua akun instagram. Yang pertama Instagram untuk sharing dengan teman-teman, kedua, Instagram untuk mengapload hobi fotografi saya.

Pertama, saya membuka akun Instagram kedua saya di Laptop. Kebetulan akun ini tidak diketahui oleh orang yang udah ngeblock saya, sehingga saya masih dapat mencari nama orang yang akan saya block balik di kotak pencarian.


Akun Instagram kedua yang digunakan untuk mencari akun yang akan diblock balik



2. Saya membuka salah satu foto di laman profil instagram saya di laman baru (open link in a new tab). Sehingga di Mozilla akan tampil dua laman instagram, yang satu laman akun profil saya, dan yang satunya laman salah satu foto yang saya posting.



3. Di laman foto yang saya posting itu, saya cari di bagian kotak pencarian nama orang yang akan saya block balik. Setelah ketemu, saya biarkan terlebih dahulu, dan kembali ke laman akun profil untuk log out dan log in lagi dengan akun Instagram pertama saya. 


Laman akun  Instagram yang akan diblock


4. Dengan begitu, di Mozilla Firefox akan tampil dua laman instagram. Yang pertama laman akun Instagram pertama saya, yang akan saya pakai untuk mengeblock balik. Yang kedua, Instagram orang yang akan saya block, yang saya peroleh dari pencarian di akun kedua.

4. Langsung deh, buka lagi laman akun si Upil Kehidupan itu, tekan tombol (...) klick block.


Klick Block untuk memblokir akun tersebut



Laman setelah tombol Block diklik



Cara ini terbukti berhasil, karena ketika saya cek melalui Handpone di daftar blocklist, nama orang yang telah mengeblock saya tersebut juga berhasil saya block balik. 



Karena sudah diblock, kita enggak bisa lagi saling cek profil


Guys, sekarang tutorialnya bisa dicek di youtube ku ya. Ini linknya, semoga membantu. Udah, jangan baper lagi yaa.
 

 klik link-nya:

Tutorial Blokir Balik Instagram Orang


 

Memang terdengarnya seperti childish ya. Namun kadang saya juga dihantui rasa penasaran pengen bereksperimen. bisa enggak sih sebenarnya ngeblock orang yang udah ngeblock kita di Instagram?



Dan siapa tahu artikel ini sebetulnya juga dibutuhkan buat teman-teman yang mungkin lagi ada problem sama mantan pacarnya, mau lupain enggak bisa, mau ngeblock enggak enak, eh pas mau kepoin, ternyata akun kita tiba-tiba diblock. Akhirnya kesel, nyesel, kok enggak ngeblock duluan.. Semoga cara ini bisa membantu ya, selamat mencoba berjulid ria :D:D:D
 
 
 

Monday, January 22, 2018

Sharing Pengalaman: Rasanya Punya Mertua Bule



Hari ini saya lagi pengen banget cerita soal pengalaman saya setelah empat bulan lebih menginjakkan kaki saya di tanah Swiss alias Switzerland. 

Yang mau saya bahas kali ini adalah tentang papa mertua saya, Bernhard Ewald Frick, alias Papi Frick (begitu saya memanggilnya). Gimana sih rasanya punya mertua bule? Enak enggak? Bingung enggak ngobrolnya? Baik enggak? Satu satu bakal saya bahas gimana sosok beliau di mata saya, dari gambaran ini bisa tahu lah, saya ini termasuk menantu beruntung atau tidak.

Saya jujur, pertama kali bertemu secara langsung dengan Papi, adalah saat pertama kali beliau mengantarkan anaknya Jerome Frick alias suami saya sendiri ke Bandara Zurich. Saat itu 29 Agustus 2017, usai saya dihampiri Jey, papi ikut menghampiri saya, dan enggak tahu kenapa padahal baru ketemu tapi dia udah anggap saya kaya anak sendiri. Saya dipeluk, ditepuk punggungnya, dan dia bilang,”Willkommen Tita,” sambil senyum. Dia bantu saya bawa semua koper ke mobil, dan menyetir di depan sendiri. 

Sebelumnya, Jey udah mengenalkan saya dengan papi melalui video call. Saya pun juga dikirimi Jey beberapa foto papi saat sedang bersama kakak-kakaknya. So, sebelumnya ada perasaan takut juga, ini saya belum pernah ketemu, kok tahu-tahu mau dinikahi anaknya, gimana entar kelanjutan kehidupan saya di Swiss, jangan-jangan dia galak lagi? Begitu perasaan saya saat itu.


Pertama kali dijemput dan bertemu Paps Frick, 29 Agustus 2017

Namun jika saya menilik ke belakang, perjalanan pernikahan saya dan Jerome tak pernah terlepas dari sosok beliau. Justru papi lah yang membantu pengumpulan dokumen pernikahan saya dan Jey, karena saat itu ada beberapa dokumen saya yang sudah sampai di Swiss, namun Jey masih di Afrika untuk touring. Sehingga papi lah yang harus mencarikan, menscan, dan mengirim dokumen ke kantor catatan sipil di Frauenfeld. Nah berikut ini beberapa poin yang saya temukan dan menggambarkan gimana hubungan saya dengan papa mertua saya.


1. Kendala Bahasa 

Setelah beberapa hari tinggal di Swiss, saya mulai merasakan kendala yang harus saya hadapi ketika berkomunikasi dengan papi. Pasalnya, saya belum bisa menguasai Bahasa Jerman, dan Papi yang sudah agak lupa bagaimana berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Untuk mengurangi kendala ini, kalau di rumah saya biasa menggunakan google translate Inggris-Jerman dan sebaliknya ketika harus berkomunikasi dengan beliau. Adapun saat di luar, karena handphone tidak terkoneksi dengan internet, saya terpaksa harus berbicara menggunakan kode isyarat dengan menyelipkan beberapa kata dari Bahasa Jerman dan Inggris. 


Menemani Paps belanja ke Jerman

 

Bisa dibayangin kan gimana ribet dan kocaknya. Kadang nih kalau saya menemani beliau ke Jerman untuk mengambil paketan dari Onlineshopnya, kami suka sama-sama diam di mobil, karena bingung apa yang mau diomongin. Kadang untuk make sure kalau semuanya baik-baik saja, salah satu dari kami memulai pembicaraan. Seperti misalnya, andalan saya, “Ahh es kalt”,”Wow, Bodensee sehr schoon”,”Ich mag der luft so warm,” dan sebagainya, yang memancing beliau buat ngomong, begitu pula sebaliknya.

Tapi, per awal Januari kemarin, kendala saya sedikit teratasi. Oleh suami saya disekolahin ke Migros Klubschule buat belajar bahasa Jerman. So, biarpun masih terbata-bata, sekarang saya mulai membiasakan diri untuk lebih percaya diri ngobrol pakai bahasa Jerman biarpun kadang masih salah-salah juga grammarnya.


2. Paps itu Tegas Tapi Penyayang

Ya begitulah adanya. Papi itu kalau bicara dengan kliennya melalui sambungan telepon terdengar tegas. Beliau juga punya kepribadian unik yang pernah bikin saya geleng-geleng. Di usianya yang udah menginjak 74 tahun, saya tak melihat tanda-tanda jiwa menua darinya. Dia masih gagah, lincah, gesit, sigap dalam menyetir mobilnya.

Jika kami bertiga (dengan Jey) mau pergi ke manapun, dia yang selalu duduk di bangku setir. Dengan kecepatan di atas 80 km per jam, beliau cukup membuat deg-degan saya. Pernah suatu ketika, saat sedang reting, beliau agak berhenti mendadak di tengah jalan dan hal itu membuat pengendara mobil lain mengacungkan jari tengahnya. Enggak mau kalah, papi yang merasa saat itu benar telah melakukan reting, membalas dengan mengacungkan jari tengahnya ke orang itu sambil tertawa. 

Contoh ketegasannya lagi, saat saya menemani beliau ke Penny Markt, di kota Singen, Jerman. Ia melihat ada sebuah sepeda yang diparkir di depan tempat menyimpan trolly belanja. Tentunya ini akan menyulitkan pelanggan untuk mengambil atau akan mengembalikan trolly ke tempatnya. Gerah melihat hal ini, papi langsung mengangkap sepeda berukuran besar itu ke atas meja yang berada di samping trolly. Padahal meja tersebut sudah ditumpuk dua tingkat sehingga cukup tinggi.

"Salah sendiri naruh sembarangan. Biarin aja sekalian susah ngambilnya,” begitu kata beliau (kurang lebih kalau ditranslate ke bahasa. Hahaha saya agak malu juga sih karena banyak orang yang hanya melongo melihat tingkah mertua saya.


Paps pertama kali makan Nagasari buatanku. Beliau senang akhirnya bisa memanfaatkan daun pisang dari kebunnya sendiri, karena awalnya belum pernah tau bagaimana caranya masak dengan daun ini.



Kenapa saya menyebut mertua penyayang? Banyak sekali sebenarnya kejadian-kejadian menyangkut hal ini. Tapi yang paling saya ingat adalah saat saya punya sakit punggung gara-gara enggak betah cuaca dingin. Dari yang namanya diolesin balsem, dikerokin sama suami enggak sembuh-sembuh. 

Pernah suatu ketika karena saking sakitnya saya enggak ikut join makan malam. Begitu esok paginya, saat bertemu, mertua pasti tanya. “Tita, wie geht es dir?” dan saya selalu jawab Mir geht es gut, aber (aku baik-baik saja, tapi...) (cerita kalau punggung sakit). 

Singkat cerita setelah beliau bertanya hal itu, siangnya pintu kamarku diketok Papi. Saya mikir kok tumben banget, biasanya kalau papi butuh bantuan suka panggil dari bawah. Pas buka pintu terkejut karena Papi bawain aku teh herbal yang dibuat dari bunga (enggak tahu bahasa Indonesianya) Schafgarberblüten. Padahal, untuk mendapatkan teh itu dia harus pergi ke Zurich, perjalanan sekitar 3 jam PP dari dan ke Steckborn, dan harganya pun (kalau dirupiahin) cukup tinggi.

Papi tanya, “Wie geht es dir Tita? Es ist für dich," katanya sambil memberikan mug berisi teh herbal. Ia juga menunjukkan kertas kecil bertuliskan “drink as hot as you can”. 

Kata beliau, takut saya enggak ngerti, makanya translate dulu pakai komputer di google translate dari Jerman ke Inggris, lalu ia print di kertas HVS dan digunting kecil. Jujur terharu ya, bokap mertua yang baru saya kenal baru dua bulan kok baik banget. Abis itu saya diminta istirahat dan didoain cepet sembuh. 

Kejadian ini aku ceritain ke suamiku Jey lewat whats app. Saya kirimkan foto mug dan print an kertas itu. Jawabnya dia,”Because now you are also his daughter.” Yah, tambah meweklah dengan kebaikan dua bule bapak-anak ini. Dan ternyata bokap emang paling seneng kalau berkreasi dengan aneka herbal untuk penyembuhan secara alami dibandingan dengan menggunakan obat.


Teh buatan Paps dan tulisan berbahasa Inggris yang ia buat untukku ini sukses bikin terharu. Love you sooo much meine Vater :)



Lalu kalau saya tidak gabung untuk makan malam, gara-gara lagi ngambek sama Jey, ternyata Paps suka tanya ke Jey, Warum kann nicht deine Frau kommen? Suamiku mana enggak bisa bohong. Kalau saya dan dia lagi diem-dieman, Paps suka tanya ke Jey, masalahnya apa. Dan beliau kasih solusi. 

Baru paginya pas ketemu saya nanya lagi, Wie geht’s Tita? Alles Klar? Paps selalu berusaha biar gimana saya tetap nyaman di rumah. Hikss pengen nangis kalo ngebayangin gimana susahnya Paps dulu berjuang sendiri besarin 5 anak setelah Moms meninggal. Fyi, mama mertuaku udah enggak ada sejak Jey umur 9 tahun. Jadi Jey tumbuh belasan tahun lalu tanpa mamanya. Alhamdulillah meskipun single parent, paps bisa mendidik anak-anaknya menjadi orang baik.



3. He is a great chef

Saya mendengar dari Jey kalau awal papa dan mamanya bertemu itu saat keduanya bekerja di restoran di Swiss. Dari situlah saya menduga bahwa Paps adalah chef yang keren. Hal itu dibuktikan saat ia menawarkan ingin memasak menu makan malam, beef dari hackfleish atau daging giling, pasta dan salad. Tangannya yang gercep motong bahan makanan bikin saya melongoh. 

Yang paling saya suka, beliau concern banget sama yang namanya kebersihan dan kesehatan. Karena itu, abis masak, motong bahan apapun, paps selalu mastiin langsung bersihin itu kulit sayuran, tepung-tepung jatuh, minyak nyiprat, dan segala macem pengotor lainnya sehingga dapur bersih lagi. Tentu ini secara langsung juga ngajarin saya buat bikin rumah tetap bersih. Karena itu, selama masih nganggur ini (only learn German language) hampir tiap pagi saya ngawalin buat ngepel rumah dan aneka kerjaan rumah lainnya.



4. Junjung tinggi toleransi
 
Oh ya, as you know, perbedaan keyakinan antara saya dan mertua bukan berarti bukan bikin kami musuhan. Alhamdulillah, mungkin udah jalannya, Tuhan kasih saya mertua yang toleran. Bisa bayangin lah gimana di sini saya bisa nemuin dengan gampangnya daging babi, wine, beer, hal-hal yang diharamkan dalam islam. Tapi papi menghargai saya. Beliau menyimpan babi di tempat terpisah, masak dan makan di tempat terpisah. Begitu juga saat minum wine, ada gelas khusus buatnya. 

Kalau saya kebetulan ikut ke market, beliau akan bilang,”Diese fleisch ist nicht fur dich (daging itu bukan buat kamu – karena daging babi), atau,” Möchtest du händchen oder rindfleisch? (apakah kamu mau daging ayam atau daging sapi?) pokoknya paps itu orangnya fleksibel dan apa adanya. Istilah gampangnya gini, gue respect lo, tapi lo juga respect gue ya. Ya buat saya agamamu itu agamamu, agamaku itu agamaku. Hmm kalau aja semua netizen ngerti model gini yaa, pasti ga banyak yang nyinyir di medsos, hahaha


Makan bersama merayakan Ultahku di restoran halal



Sebenarnya masih banyak banget hal-hal positif dan segala hal yang saya dapat dari mertua saya. Intinya, saya bener-bener merasa sebagai perempuan yang beruntung. Punya mertua seperti Paps Frick dan suami seperti Jerome. 

Saya bertemu dengan Paps begitu singkat, namun sesingkat itu juga beliau menerima saya sebagai “anak barunya”. Padahal kalau dipikir, banyak banget orang tua (bule) di luaran sana yang pengen anaknya enggak nikah muda, biar berpetualang dulu, dan sebagainya. Namun keluarga Frick begitu berbesar hati menerima saya, dan menyayangi saya layaknya keluarga sendiri. Saya benar-benar menantu yang beruntung punya mertua seperti Paps :).

Seputar Kawin Campur - Mohon Untuk Tidak Mengirim Email

  Pesan ini benar-benar ingin sekali saya sampaikan kepada para pembaca blog, terutama untuk yang sedang dalam proses mengurus dokumen perni...